Sabtu, 25 Februari 2017

MATI SEBELUM MATI MENURUT SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI




MATI SEBELUM MATI MENURUT SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan, “Wahai hamba Allah, sadarilah bahwa engkau hanya sebatas diberi harapan. Maka, jauhilah segala sesuatu selain Allah Azza wa Jalla dengan kalbumu sehingga engkau dapat dekat kepada-Nya. Matilah engkau sebelum mati. Matilah engkau dari dirimu dan makhluk. Sungguh telah diangkat berbagai hijab dari dirimu dan Allah Azza wa Jalla.”
Seseorang bertanya, “Bagaimana saya harus mati?” Lalu beliau menjawab, “Matilah dari mengikuti kemauan, hawa nafsu, tabiat dan kebiasaan burukmu, serta matilah dari mengikuti makhluk dan dari berbagai sebab. Tinggalkanlah persekutuan dengan mereka dan berharaplah hanya kepada Allah, tidak selain-Nya. Hendaklah engkau menjadikan seluruh amalmu hanya karena Allah Azza wa Jalla dan tidak mengharap nikmat-Nya.
Hendaklah engkau bersikap ridha atas pengaturan, qadha dan tindakan-Nya. Jika engkau melakukan hal yang demikian, maka hidup dan matimu akan bersama-Nya. Kalbumu akan menjadi tentram. Dialah yang membolak-balikkannya sesuai dengan kehendak-Nya. Kalbumu akan selalu menjadi dekat kepada-Nya, selalu terhubung dan bergantung kepada-Nya. Engkau akan selalu mengingat-Nya dan melupakan segala perkara selain Diri-Nya.
Kunci surga adalah ucapan La ilâha illa Allâh, Muhammadur-Rasûlullâh. Sedangkan esok,, kunci surga adalah kefanaan dari dirimu, orang lain, dan segala sesuatu selain Allah, dan dengan selalu menjaga batas-batas syariat.
Kedekatan kepada Allah adalah surga bagi manusia, sedangkan jauh dari Allah adalah neraka untuk mereka. Alangkah indah keadaan seorang Mukmin, baik di dunia ataupun di akhirat. Di dunia dia tidak berkeluh-kesah atas keadaaan yang dia alami, setalah dia memahami bahwa Allah meridhainya, dimana pun dia berada cukuplah bagiannya dan ridha dengan bagian itu. Kemanapun dia menghadapkan wajahnya, dia memandang dengan cahaya Allah. Setiap isyaratnya adalah kepada-Nya. Setiap kebergantungan adalah kepada-Nya. Setiap tawakalnya adalah hanya kepada-Nya.
Berhati-hatilah, jika ada seorang di antara engkau merasa bergembira berlebihan karena telah melakukan ketaatan, karena boleh jadi ada rasa takjub ketika dilihat orang lain atau berharap pujiannya. Barangsiapa di antaramu ingin menyembah Allah, hendaklah memisahkan diri dari makhluk. Sebab, perhatian makhluk pada amal-amal mereka dapat merusaknya. Nabi SAW bersabda, “Engkau mesti ber-uzlah, sebab uzlah adalah ibadah dan bentuk kesungguhan orang-orang shaleh sebelum kalian.”
Engkau mesti beriman, lalu yaqin dan fana dalam wujud Allah, bukan dalam dirimu atau orang lain. Dan, tetaplah menjaga batas-batas syariat dan meridhai Rasulullah SAW. Tidak ada karamah bagi orang yang mengatakan sesuatu selain hal ini. Karena, inilah yang terjadi dalam berbagai shuhuf dan lawh kalam Allah Azza wa Jalla.
Engkau harus selalu bersama Allah; memutuskan diri untuk selalu dengan-Nya; dan bergantung kepada-Nya. Hal demikian akan mencukupkan dirimu dengan pertolongan (ma’unah) di dunia dan akhirat. Dia akan menjagamu dalam kematian dan kehidupan, menjagamu dalam setiap keadaan. Engkau harus memisahkan yang hitam dari yang putih!”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Fath Ar-Rabbani wal-Faidh Ar-Rahmani

SUMBER :

HABIB NEON






Dia salah seorang ulama yang menjadi penerang umat di zamannya. Cahaya keilmuan dan ahlaqnya menjadi teladan bagi mereka yang mengikuti jejak ulama salaf
Suatu malam, beberapa tahun lalu, ketika ribuan jamaah tengah mengikuti taklim di sebuah masjid di Surabaya, tiba-tiba listrik padam. Tentu saja kontan mereka risau, heboh. Mereka satu persatu keluar, apalagi malam itu bulan tengah purnama. Ketika itulah dari kejauhan tampak seseorang berjalan menuju masjid. Ia mengenakan gamis dan sorban putih, berselempang kain rida warna hijau. Dia adalah Habib Muhammad bin Husein bin Zainal Abidin bin Ahmad Alaydrus yang ketika lahir ia diberi nama Muhammad Masyhur.
Begitu masuk ke dalam masjid, aneh bin ajaib, mendadak masjid terang benderang seolah ada lampu neon yang menyala. Padahal, Habib Muhammad tidak membawa obor atau lampu. Para jamaah terheran-heran. Apa yang terjadi? Setelah diperhatikan, ternyata cahaya terang benderang itu keluar dari tubuh sang habib. Bukan main! Maka, sejak itu sang habib mendapat julukan Habib Neon.
Habib Muhammad lahir di Tarim, Hadramaut, pada 1888 M. Sejak kecil ia mendapat pendidikan agama dari ayahandanya, Habib Husein bin Zainal Abidin Alaydrus. Menjelang dewasa ia merantau ke Singapura selama beberapa bulan kemudian hijrah ke ke Palembang, Sumatra Selatan, berguru kepada pamannya, Habib Musthafa Alaydrus, kemudian menikah dengan sepupunya, Aisyah binti Musthafa Alaydrus. Dari pernikahan itu ia dikaruniai Allah tiga anak lelaki dan seorang anak perempuan.
Tak lama kemudian ia hijrah bersama keluarganya ke Pekalongan, Jawa Tengah, mendampingi dakwah Habib Ahmad bin Tholib Al-Atthas. Beberapa waktu kemudian ia hijrah lagi, kali ini ke Surabaya. Ketika itu Surabaya terkenal sebagai tempat berkumpulnya para ulama dan awliya, seperti Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdhor, Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi, Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya.
Selama mukim di Surabaya, Habib Muhammad suka berziarah, antara lain ke makam para wali dan ulama di Kudus, Jawa Tengah, dan Tuban, Jawa Timur. Dalam ziarah itulah, ia konon pernah bertemu secara ruhaniah dengan seorang wali kharismatik, (Alm) Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, Gresik.
Seperti halnya para ulama yang lain, Habib Muhammad juga kuat dalam beribadah. Setiap waktu ia selalu gunakan untuk berdzikir dan bershalawat. Dan yang paling mengagumkan, ia tak pernah menolak untuk menghadiri undangan dari kaum fakir miskin. Segala hal yang ia bicarakan dan pikirkan selalu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran agama, dan tak pernah berbicara mengenai masalah yang tak berguna.
Beliau juga sangat memperhatikan persoalan yang dihadapi oleh orang lain. Itu sebabnya, setiap jam 10 pagi hingga waktu Dhuhur, ia selalu menggelar open house untuk menmui dan menjamu para tamu dari segala penjuru, bahkan dari mancanegara. Beberapa tamunya mengaku, berbincang-bincang dengan dia sangat menyenangkan dan nyaman karena wajahnya senantiasa ceria dan jernih.
Sedangkan waktu antara Maghrib sampai Isya ia perguankan untuk menelaah kitab-kitab mengenai amal ibadah dan akhlaq kaum salaf. Dan setiap Jumat ia mengelar pembacaan Burdah bersama jamaahnya.
Di antara laku mujahadah (tirakat) yang dilakukannya ialah berpuasa selama tujuh tahun, dan hanya berbuka dan bersantap sahur dengan tujuh butir korma. Bahkan pernah selama setahun ia berpuasa, dan hanya berbuka dan sahur dengan gandum yang sangat sedikit. Untuk jatah buka puasa dan sahur selama setahun itu ia hanya menyediakan gandum sebanyak lima mud saja. Dan itulah pula yang dilakukan oleh Imam Ghazali. Satu mud ialah 675 gram. ”Aku gemar menelaah kitab-kitab tasawuf. Ketika itu aku juga menguji nafsuku dengan meniru ibadah kaum salaf yang diceritakan dalam kitab-kitab salaf tersebut,” katanya.
Habib Neon wafat pada 30 Jumadil Awwal 1389 H / 22 Juni 1969 M dalam usia 71 tahun, dan jenazahnya dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Pegirikan, Surabaya, di samping makam paman dan mertuanya, Habib Mustafa Alaydrus, sesuai dengan wasiatnya. Setelah ia wafat, aktivitas dakwahnya dilanjutkan oleh putranya, Habib Syaikh bin Muhammad Alaydrus dengan membuka Majelis Burdah di Ketapang Kecil, Surabaya. Sepeninggal Habib Syech beberapa tahun lalu, majlis burdah dan haul kini dikelola oleh para keponakan Habib Syech. Haul Habib Neon diselenggarakan setiap hari Kamis pada akhir bulan Jumadil Awal.
✒️ Ustadz Muhammad Husein Al Habsyi 

SUMBER :

Manaqib Al-Allamah Al-A’rif Billah Al-Quthub Al Habib Ali bin Ja’afar bin Ahmad Al Aydrus Batu Pahat Malaysia



Manaqib Al-Allamah Al-A’rif Billah Al-Quthub Al Habib Ali bin Ja’afar bin Ahmad Al Aydrus Batu Pahat Malaysia.
Nasab beliau.
Beliau adalah salah satu kekasih Allah yang memiliki banyak keutamaan dan kedudukan tinggi di sisi Allah swt.
Nasab beliau selengkapnya adalah Al Habib Ali bin Ja'far bin Ahmad bin Abdul Qadir bin Salim bin Alawi bin Abdullah bin Alawi bin Abdullah bin Alawi bin Ahmad bin Alawi bin Abi Bakar bin Umar bin Abdullah bin Alawi bin Abdullah Al Aydrus bin Abi Bakar bin Abdurrahman As Seggaf bin Muhammad Maulad Dawilah bin Ali bin Alawi bin Al Faqih al Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali' Qasam bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al 'Uraidhi bin Ja'far Shadiq bin Muhammad al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain putra Sayyiduna Ali Karramallah Wajhah dan Sayyidatuna Fathimah Az Zahra' putri Rasulullah, Muhammad Al Mushtafa saw.
Kelahiran dan perkembangan beliau.
Beliau dilahirkan di Kota Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia pada tahun 1916M. Sejak kecil beliau telah hidup di lingkungan keluarga yang penuh dengan ketaqwaan dan kesolehan, dan dari situlah berawal nur wilayah beliau dan terus memancar.
Pada mulanya beliau belajar ilmu agama pada ayahnya Al Imam Al Arifbillah Al Habib Ja'far bin Ahmad Al Aydrus. Tidak hanya ilmu yang dipelajarinya tetapi pendidikan etika dan adab dalam kehidupan ini beliau juga dapatkan dari sang ayah yang merupakan warisan dari keluarga dan leluhurnya.
Sifat dan perwatakan beliau.
Al Habib Ali bin Ja'far Al Aydrus berkulit putih dan bertubuh sedang. Beliau memiliki sifat 'iffah (menjaga diri dari hal-hal yang tidak baik) dan kebersihan hati. Sikap zuhud terhadap dunia adalah hiasan terindah dalam kesehariannya. Begitu pula sifatnya yang teramat wara'. Beliau terkenal pula dengan istiqamahnya dalam beribadah kepada Allah.
Pada dirinya terpancar sifat kesucian dan ketaqwaan, manis ketika berbicara, lemah lembut tutur kata dan perangainya.
Pindahnya Beliau ke Batu Pahat, Johor, Malaysia.
Ketika ayah beliau Al Imam Al Habib Ja'far bin Ahmad Al Aydrus hendak kembali ke Hadramaut, beliau membawa putera-puteranya; Muhammad, Salim dan Ali yang ketika itu berusia 8 tahun. Kemudian mereka singgah sementara waktu di Singapura, kemudian Johor dan Batu Pahat. Setibanya di Batu Pahat, Al Habib Ja'far meninggalkan puteranya Al Habib Ali di sana, kerana beliau mengetahui bahawa sang putera akan mendapatkan tempat yang mulia di sana dan terpancar pada dirinya keluhuran yang besar. Sementara dua saudara Al Habib Ali, iaitu Muhammad dan Salim dibawa sang ayah ke Hadramaut.
(oleh Al Ustaz Al Habib Sholeh bin Ahmad bin Salim Al Aydrus Malang, Jawa Timur 1433H)
Ilmu..Amal..Wara'..Khauf..Ikhlas
# Ilahi, Engkau jualah tujuan kami. Keredhaan Engkau jua yang kami cari. #
Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala aalihi washahbihi wasallim

SUMBER :

RAHASIA DIBALIK BACAAN TAHIYAT



DIALOG RASULULLAH SAW DENGAN ALLAH SWT
ANDAI kita mengetahui bahwa sebagian dari bacaan shalat itu adalah dialog. antara RASULULLAH SAW dengan ALLAH AZZA WAJALLA, tentu kita tidak akan terburu-buru melakukannya ...
ALLAHU AKBAR ternyata bacaan shalat itu dapat membuat kita seperti berada di syurga ...
Mari kita camkan dan renungkan kisah berikut ini, tentu akan berlinang air mata kita, Masya Allah ...
Singkat cerita, pada malam itu Jibril AS mengantarkan Rasulullah SAW naik ke Sidratul Muntaha. Namun karena Jibril AS tidak diperkenankan untuk mencapai Sidratul Muntaha, maka Jibril AS pun mengatakan kepada Rasulullah SAW untuk melanjutkan perjalanan sendiri tanpa dirinya ...
Rasulullah SAW melanjutkan perjalanan perlahan sambil terkagum-kagum melihat indahnya istana ALLAH SWT hingga tiba di Arsy ...
Setelah sekian lama menjadi seorang Rasul, inilah pertama kalinya Muhammad SAW berhadapan dan berbincang secara langsung dengsn ALLAH Azza wa Jalla...
Bayangkanlah betapa indah dan luar biasa dahsyatnya moment ini, Masya Allah...
PERCAKAPAN Antara Muhammad Rasulullah SAW dengan ALLAH Subhanahu wata'ala :
a). Rasulullah SAW pun mendekat dan memberi salam penghormatan kepada ALLAH SWT :
ATTAHIYYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWATUTH THAYYIBAATU LILLAAH...
(Semua ucapan penghormatan, pengagungan dan pujian hanyalah milik ALLAH).
b). Kemudian Allah SWT menjawab sapaannya :
ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH.
(Segala pemeliharaan dan pertolongan ALLAH untukmu wahai Nabi, begitu pula rahmat ALLAH dan segala karunia-Nya).
c). Mendapatkan jawaban seperti ini, Rasulullah SAW tidak merasa jumawa atau berbesar diri, justru beliau tidak lupa dengan umatnya (ini yang membuat kita sangat terharu)...
Beliau menjawab dengan ucapan :
ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALAA ‘IBADADILLAAHISH SHAALIHIIN.
(Semoga perlindungan dan pemeliharaan diberikan kpd kami dan semua hamba ALLAH yg shalih).
Bacalah percakapan mulia itu sekali lagi … itu adalah percakapan Sang Tuhan dan hamba-NYA, Sang Pencipta dan ciptaan-NYA dan mereka saling menghormati satu sama lain, menghargai satu sama lain dan lihat betapa Rasulullah SAW mencintai kita umatnya, bahkan beliau tidak lupa dengan kita ketika Dia dihadapan ALLAH SWT...
d). Melihat peristiwa ini, para malaikat yang menyaksikan dari luar Sidratul Muntaha tergetar dan ter-kagum2 betapa Rakhman dan Rakhimnya ALLAH SWT, betapa mulianya Muhammad SAW...
Kemudian para malaikat pun mengucap dengan penuh keyakinan :
ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH.
WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH.
(Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain ALLAH dan kami bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul Allah).
Jadilah rangkaian percakapan dalam peristiwa ini menjadi suatu bacaan dalam SHALAT yaitu pada posisi TAHIYAT Awal dan Akhir, yang kita ikuti dengan shalawat kepada Nabi sebagai sanjungan seorang individu yang menyayangi umatnya...
MUNGKIN sebelumnya kita tidak terpikirkan arti dan makma kalimat dalam bacaan ini.
Mudah2an dengan penjelasan singkat ini kita dapat lebih meresapi makna shalat kita. Sehingga kita dapat merasakan getaran yang dirasakan oleh para malaikat disaat peristiwa itu...
وَاللّهُ أعلَم بِالصَّوَاب
Smg bermanfaat untuk menambah kekhusu'an sholat kita,
Aamiin Allahumma Aamiin...

SUMBER :

CIRI - CIRI SEORANG MURSYID



Diantara tanda-tanda fisik seorang guru Mursyid; Sedikit makan, sedikit bicara, banyak shalat, banyak sedekah dan banyak berpuasa. [Risalah Waladiyah hal. 29, Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali]
Foto : Habib Umar bin Hafidz bersama Al-Arifbillah Al-Habib Hafidz bin Salim bin Hafidz BSA, paman yang sekaligus menjadi ayahnya juga setelah ayah beliau syahid dibunuh kaum Komunis.

SUMBER :

Habib Muhammad Bilfaqih




Habib Muhammad Bilfaqih
Beliau adalah salah satu putra dari wali qutub ahlihadits Al Imam Al Qutub Al Hafidh Al Musnid Prof. Dr. Al Habib Abdullah Bin Al Imam Al Qutub Al Habr
Al Hafidh Al Musnid Al Habib Abdul Qodir Bin Ahmad
Bilfaqih R.A. Ponpes Darul Hadits, malang, jatim)
Habib Muhammad merupakan generasi ke3 penerus
pesantren.


Beliau adalah seorang ulama ahli hadits yang jika menyebutkan hadits lengkap dengan isnad (jalur
periwayat secara sambung menyambung sampai
Rasulullah Saw) cohnya apabila membacakan hadits
beliau akan berkata, "Saya terima hadits ini dari ayah
saya....., ayah saya terima dari syekh..... syekh...
terima dari syekh... syekh... dari syekh... Syekh... " terus sampai kepada Nabi Muhammad Saw.
Beberapa tahun belakangan Habib Muhammad tidak
keluar dari kamarnya, karena sedang uzlah
(mengasingkan diri dari keramain) mensucikan jiwa
dan batinya, serta menyerap ilmu warisan ayahanda
nya. Pada acara haul tahun kemarin secara mengejutkan
Habib Muhammad keluar dari khalwatnya, beliau
mengatakan ada pesan yang harus disampaikan.
Diantara pesanya Habib Muhammad menyampaikan
hadits tentang tanda-tanda akhir jaman yaitu,
BANYAK ULAMA ALIM YANG WAFAT, PERZINAHAN YANG MERAJA LELA, DAN
KEMAKSIATAN dan beliau menekankan agar
berpegang teguh pada ULAMA YANG BENAR-
BENAR MEMAHAMI HADITS.


Semoga Allah panjangkan umurnya, sehatkan
badanya, serta selalu dalam rahmat dan keberkahan.
Aamiin Aamiin Allahumma Aamiin...


SUMBER :

https://www.facebook.com/1410359762591644/photos/a.1410441615916792.1073741828.1410359762591644/1547476995546586/?type=3&theater

Selasa, 21 Februari 2017

Kemuliaan orang-orang yang berpuasa dari umat Nabi Muhammad SAW Bagian 4




Keistimewaan lainnya yang dikhususkan Allah SWT bagi orang yang berpuasa, ia akan beroleh kesehatan dan kesembuhan dari berbagai pe­nyakit. Mengenai itu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyuruh kita (umat-Nya):

صوموا تصحّوا

“Berpuasalah, kalian tentu sehat.”
Al-Baihaqi mengetengahkan sebuah hadits dari Ali bin AblThalib—-karamallahu wajhahu—yang menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berka­ta:
Sungguhlah bahwa Allah telah mewahyukan kepada seorang Nabi dari Bani Israil: Hendaklah engkau beritahukan kepada umatmu (kaummu), bahwa seorang hamba-Ku yang berpuasa sehari karena mendambakan keridaan-Ku, niscaya Kusehatkan jasmaninya dan Kuberi imbalan pahala besar.”
Rahasia hikmah yang tersirat di dalam hadits beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam itu ialah bahwa puasa memang amat besar pengaruhnya dalam upaya menjaga kesehatan jasmani dan memelihara kekuatan ruhani serta menjaganya dari kekacauan pikiran dan selera nafsu yang biasanya mendorong orang untuk menyantap makanan yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak baik dan bermutu rendah. Menjaga diri dari hal-hal seperti itu adalah merupakan sarana amat penting bagi seseorang untuk meningkatkan ketakwaannya kepada Allah SWT. Didalam Al Qur’an Al-Karim Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana yang telah diwajibkan atas orang-orang (umat) sebelum kalian, agar kalian bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183).

Sumber : Terjemah Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani